MAKALAH
BAHASA INDONESIA
SEJARAH
RETORIKA
DISUSUN
OLEH :
REDO
PARAMITA NIM : 12132011
DOSEN
PEMBIMBING : AYU PUSPITA INDAH DARI, MPd
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
BINA DARMA PALEMBANG
TAHUN
AKADEMIK 2014/2015
KATA
PENGANTAR
Segala
puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas berkat
dan limpahan rahmatnyalah maka saya boleh menyelesaikan sebuah karya tulis
dengan tepat waktu. Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan
judul “sejarah retorika”,
Melalui
kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman
bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang
tepat atau menyinggu perasaan pembaca.
Akhir
kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis
pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh
dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan
terimakasih
DAFTAR
ISI
Halaman
Judul....................................................................................................................... i
Kata
Pengantar...................................................................................................................... ii
Daftar
Isi................................................................................................................................ iii
Bab I Sejarah Retorika....................................................................................................... 1
1.1 Sejarah Retorika......................................................................................................... 1
1.1.1 Zaman Yunani Kuno.............................................................................................. 2
1.1.2 Zaman Retorika Romawi........................................................................................ 3
1.1.3 Zaman Modern....................................................................................................... 5
Bab
II Penutup..................................................................................................................... 8
2.1 Kesimpulan................................................................................................................ 8
Daftar
Pustaka..................................................................................................................... 9
BAB
I
SEJARAH RETORIKA
A.
Tujuan Pembelajaran
Setelah
pembelajaran bab ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami bagaimana pada
awalnya sejarah perkembangan retorika, dari zaman Yunani kuno, zaman Romaawi,
sampai retorika dizaman modern saat ini.
1.1 Sejarah Retorika
Retorika
memiliki sejarah pertumbuhan dan perkembangan yang sangat panjang. Fakta ini
dapat dibuktikan dengan sebuah realitas bahwa faculty of speech
adalah salah satu fakultas yang berdiri pada awal berdirinya University of
Oxford . Bahkan, jauh sebelum retorika yang juga dijuluki ilmu komunikasi, ilmu
berpidato, atau ilmu berbahasa , bermetamorfosis menjadi subjek studi khusus.
Secara naluriah, manusia sudah mengenal dan mempraktekan retorika dalam
definisi yang lebih sederhana. Namun secara singkat, retorika berkembang lebih
awal dan mengalami
masa kejayaannya pada masa Yunani dan Roma. Namun retorika pertama terjadi pada
masa Yunani. Dumana Saat itu terjad penggusuran tanah rakyat, dan belum
ada pengacara. Maka cara satu-satunya ialah orang yang pandai berbicara.
Seperti yang dilakukan oleh orang Syracuse, sebuah koloni Yunani di pulau
Sicilia. Untuk memenangkan haknya di pengadilan, Corax menulis makalah
retorika yang diberi nama Techne Logon (Seni Kata-kata). Dalam bukunya
Corax meletakkan dasar-dasar organisasi pesan. Ia membagi pidato pada lima
bagian yaitu:
· Pembukaan
· Uraian
· Argument
· Penjelasan tambahan
· Kesimpulan
1.1.1 Zaman Yunani Kuno
Unsur-unsur ilmu retorika sudah dikembangkan di Yunani,
sebelum buku yang ditulis oleh Korax dan Teisios diterbitkan. Sejak abad ke-7
sampai ke-5 sebelum Masehi, sudah ada ahli-ahli pidato terkenal Yunani kuno
seperti: Solon (640-560); Peisistratos (600-527) dan Thenustokles (525-460). Seorang
politikus dan negarawan yang juga menjadi seorang ahli pidato yang terkenal
dalam zaman ini adalah PERIKLES (500-429). Para pengagumnya mengatakan bahwa
dewi-dewi seni berbicara yang memiliki daya tarik memukau bertakhta di atas
lidahnya. PERIKLES sebagai seorang ahli pidato tidak akan dilupakan oleh bangsa
Yunani, berkat sebuah pidato yang diucapkannya bagi para pahlawan di kota
Athena, yang kemudian diterbitkan oleh ahli Sejarah Thukydides. Sekitar akhir
abad ke-5 sebelum Masehi, muncul lagi beberapa ahli pidato yang sangat dikagumi
seperti Alkibiades Theramenes dan Kritios.
Pada mulanya para ahli pidato di Yunani hanya berbicara di dalam ruangan pengadilan. Tetapi sesudah memperhatikan bahwa kepandaian berbicara berguna untuk memimpin negara, maka orang mulai menyusunnya dan disebut retorika, sehingga mudah dipelajari. Usaha ini dijalankan pertama-tama di daerah koloni Yunani di Sisilia, di mana kekuasaan tiran mulai punah dan dimana kebebasan berbicara mulai dijunjung tinggi. Usaha yang sama segera dikembangkan di kota Athena dan di seluruh Kerajaan Yunani. Sejak abad ke-5 mulai didirikan sekolah-sekolah retorika di dalam wilayah-wilayah yang berkebudayaan helenistis. Dengan itu retorika menjadi salah satu bidang ilmu yang diajarkan kepada generasi muda yang dipersiapkan untuk memimpin negara. Retorika dalam abad-abad ini menjadi salah satu bidang ilmu yang menyaingi filsafat. Ia menjadi kesenian untuk membina dan memimpin manusia. Beberapa ahli pidato pada masa ini adalah Gorgias dari Leontinoi (485-380); Protagoras dari Abdera (480-410) dan Thrasymachus dari Kalsedon (300-200). Selain itu muncul juga ahli-ahli pidato lain yang terkenal seperti Socrates (470-399). Menurut Socrates, yang juga ahli filsafat, retorika adalah seni untuk membawakan dan menyampaikan pengetahuan yang sudah ada secara meyakinkan. Retorika harus mencari kebenaran dan bukannya mempermainkan kata-kata kosong. Seorang muridnya bernama Aristoteles (384-322). Ia sangat menghargai retorika sebagai partner yang otonom dari dialektika. Ia mengarang sebuah buku retorika yang terkenal dan masih memiliki pengaruh yang kuat terhadap retorika dewasa ini. Ahli pidato terbesar sepanjang masa dari zaman Yunani kuno adalah Demosthenes (384-322). Dia adalah putra seorang Yunani yang menikah dengan wanita Skyth. Tentang Demosthenes dikatakan bahwa ia mengalami tekanan batin yang berat dan rasa takut yang besar. Tetapi berkat latihan yang tabah, ia dapat mengatasi segala kesulitan itu, sehingga akhirnya menjadi seorang retor yang terkenal. Setelah meninggal, warga kota Athena mendirikan satu tugu dan sebuah patung untuk memperingati dia. Pada tugu itu tertulis, "Hai Demosthenes, andaikan engkau memiliki cukup kuasa, seperti kebijaksanaanmu, maka tak pernah Raja Makedonia akan menjadi penguasa bangsa Yunani."
Setelah
Yunani dikuasai bangsa Makedonia dan Romawi, maka berakhirlah masa kejayaan
ilmu retorika Yunani kuno. Retorika hanya masih merupakan ilmu yang dipelajari
di bangku-bangku sekolah.
1.1.2 Zaman Retorika Romawi
Setelah Kerajaan Romawi menguasai Yunani, terjadilah kontak
antara kaum cendekiawan Romawi dan Yunani. Orang-orang Romawi mempelajari
kebudayaan bangsa Yunani, terutama ilmu kepandaian berbicara yang tengah berkembangdi
Yunani. Oleh karena itu pelajaran tentang ilmu retorika mulai diberikan di
sekolah-sekolah. Apabila ada murid yang berbakat dalam hal berpidato, maka
sesudah mereka dibekali pengetahuan teoretis tentang retorika, mereka disuruh
mengunjungi tempat-tempat pengadilan di mana mereka sendiri langsung
menyaksikan bagaimana sebuah pidato dibawakan secara bebas oleh seorang ahli
depan pengadilan dan di depan publik. Berdasarkan pengalaman praktis ini, para
murid melengkapi petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh gurunya di sekolah.
Orang-orang Romawi yang terkenal dalam ilmu retorika adalah:
a.
Cato Senior (234-149).
Ia
menjadi terkenal lewat pidatonya yang mengajak rakyat kekaisaran Romawi untuk
membinasakan kota Cartago di Afrika Utara. Judul pidato itu Carthago delenda
est. Dalam perkembangan selanjutnya, pengaruh para retor dari Yunani yang hidup
dan bekerja di kota Roma menjadi sangat besar di antara kaum muda yang ingin
mempelajari ilmu retorika. Hal ini mencemaskan golongan konservatif di kota
Roma. Mereka berpendapat bahwa orang-orang Yunani dapat mempengaruhi dan
memperlemah pendidikan dan mental kaum muda. Oleh karena itu di bawah
pemerintahan Konsulat FANNIUS dan Messala (161), Senat mengeluarkan satu
keputusan untuk mengusir semua ahli filsafat dan retorika yang berkebangsaan
Yunani dari kota Roma. Cato adalah salah seorang yang secara tegas menyokong
kebijaksanaan Senat ini.
Pada akhornya, keinginan kaum muda
untuk mempelajari filsafat dan retorika tidak dapat dibendung. Sekitar abad
kedua sebelum masehi, akhirnya pemerintah Romawi memanggil kembali para retor
Yunani ke kota Roma. Sejak saat itu mereka mendirikan sekolah-sekolah retorika,
di mana orang Yunani menjadi guru. Dengan cara ini pengaruh helenistis mulai
merembes kuat di kalangan orang Romawi. Sedangkan kaum muda dari Roma sering
pergi ke Yunani, terutama ke kota Athena dan pulau Rhodos, untuk mempelajari
ilmu filsafat dan retorika. Sejak saat ini, ilmu retorika berkembang pesat di
dalam seluruh kekaisaran Romawi.
Orang Romawi, dalam perkembangan
selanjutnya, membina suatu ilmu retorika dan dialektika, yang cocok untuk para
pembela perkara, pimpinan pemerintahan dan kaum militer. Ilmu retorik, menjadi
salah satu ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh orang Romawi dengan penuh
semangat. Di kota Roma orang mulai menjajagi dan sadar bahwa ilmu retorika
adalah salah satu wadah untuk menguasai massa (Herrschaftswissen).
b.
Marcus Tullius Cicero (106-44)
Hingga dewasa ini, Marcus Tullius Cicero tetap diakui sebagai ahli pidato terbesar dari Kekaisaran Romawi. Pidatonya yang terkenal adalah pidato melawan CATILINA (Contra Catilinam). Ia juga menulis mengenai teori berpidato, yang sampai saat ini masih kuat mempengaruhi ilmu retorika. Sebelum Cicero masih ada beberapa ahli pidato yang patut disebut namanya seperti Tiberius, Caiss Graecchus, M. ANTONIUS, Q. HORTENSIUS HORTULUS, M. LICINIUS CRASSUS dan CATO JUNIOR.
Hingga dewasa ini, Marcus Tullius Cicero tetap diakui sebagai ahli pidato terbesar dari Kekaisaran Romawi. Pidatonya yang terkenal adalah pidato melawan CATILINA (Contra Catilinam). Ia juga menulis mengenai teori berpidato, yang sampai saat ini masih kuat mempengaruhi ilmu retorika. Sebelum Cicero masih ada beberapa ahli pidato yang patut disebut namanya seperti Tiberius, Caiss Graecchus, M. ANTONIUS, Q. HORTENSIUS HORTULUS, M. LICINIUS CRASSUS dan CATO JUNIOR.
c.
Gaius Iulius Caesar (100-44)
IULIUS CAESAR adalah seorang diktator. Tentang dia, ahli Sejarah SUETONIUS menulis, "Dalam soal kepandaian berpidato dan berperang, CAESAR adalah orang yang paling masyhur dan tepat." Pidatonya yang termasyhur di hadapan para legioner – yang daya tempur dan semangat juangnya sudah mulai pudar (Perang Galia, 1, Bab 40) –adalah sepenggal retorika yang paling baik dari seni menimbulkan motivasi secara psikologis dan juga menunjukkan betapa kuat daya sugesti CAESAR yang mau mengakhiri negara Republik Romawi.
IULIUS CAESAR adalah seorang diktator. Tentang dia, ahli Sejarah SUETONIUS menulis, "Dalam soal kepandaian berpidato dan berperang, CAESAR adalah orang yang paling masyhur dan tepat." Pidatonya yang termasyhur di hadapan para legioner – yang daya tempur dan semangat juangnya sudah mulai pudar (Perang Galia, 1, Bab 40) –adalah sepenggal retorika yang paling baik dari seni menimbulkan motivasi secara psikologis dan juga menunjukkan betapa kuat daya sugesti CAESAR yang mau mengakhiri negara Republik Romawi.
1.1.3 Zaman Modern
Abad pertengahan berlangsung selama
seribu tahun (400-1400). Di Eropa, selama periode panjang itu, warisan
peradaban Yunani diabaikan. Aliran pertama retorika modern berkembang yaitu
lebih menekankan proses psikologis, dikenal sebagi aliran epistemologis. Epistemologis membahas “teori
pengetahuan”;asal-usul, sifat, metode, dan batas-batas pengetahuan manusia.
Para pemikir epistemologis berusaha mengkaji retorika klasik dalam sorotan
perkembangan psikologi kognitif (yakni, yang membahas proses mental).
Beberapa para tokoh yang berkaitan
dengan retorika modern yaitu :
George Campbell (1719-1796), dalam bukunya The Philosophy of Rhetoric, menelaah
tulisan Aristoteles, Cicero dan Quantillianus dengan pendekatan psikologi
fakultas (bukan fakultas psikologi). Psikologi fakultas berusaha menjelaskan
sebab-musabab perilaku manusia pada empat fakultas –atau kemampuan jiwa
manusia:pemahaman, memori, imajinasi, perasaaan, dan kemauan. Retorika, menurut
definisi Campbell, haruslah diarahkan kepada upaya “mencerahkan pemahaman,
menyenangkan imajinasi, menggerakkan perasaan, dan mempengaruhi kemauan”.
Richard Whately mengembangkan retorika yang
dirintis Campbell. Ia mendasarkan teori retorikanya juga pada psikologi
fakultas. Hanya saja ia menekankan argumentasi yang tepat dan
mengorganisasikannya secara baik. Baik Whately maupun Campbell menekankan
pentingnya menelaah proses berpikir khalayak. Karena itu, retorika yang
berorientasi pada khalayak (audience centered) berutang budi pada kaum
epistemologis –aliran pertama retorika modern.
Aliran retorika modern kedua dikenal sebagai gerakan belles letters (Bahasa Prancis : tulisan
yang indah). Retorika belletris sangat mengutamakan keindahan bahasa, segi-segi
estetis pesan, kadang-kadang dengan mengabaikan segi informatifnya. Hugh Balir
(1718-1800) menulis Lectures on Rhetoric
and Belles Lettres. Di sini ia menjelaskan hubungan antara retorika,
sastra, dan kritik. Ia memperkenalkan fakultas citra rasa (taste), yaitu
kemampuan untuk memperoleh kenikmatan dari pertemuan dengan apapun yang indah.
Karena memiliki fakultas citarasa, Anda senang mendengarkan musik yang indah,
membaca tulisan yang indah, melihat pemandangan yang indah, atau mencamkan
pidato yang indah. Citarasa, kata Blair, mencapai kesempurnaan ketika
kenikmatan inderawi dipadukan dengan rasio –ketika rasio dapat menejlaskan
sumber-sumber kenikmatan.
Aliran pertama (epistemologis) dan kedua (belles letters)
terutama memusatkan perhatian mereka pada persiapan pidato –pada penyususnan
pesan dan penggunaan bahasa. Aliran ketiga –disebut gerakan elokusionis- justru menekankan teknik penyampaian pidato.
Gilbert Austin misalnya, memberikan ptunjuk praktis penyampaian pidato,
“Pembicara tidak boleh melihat melantur. Ia harus mengarahkan matanya langsung
kepada pendengar, dan menjaga ketenangannya. Ia tidak boleh segera melepaskan
seluruh suaranya, tetapi mulailah dengan nada yang paling rendah, dan
mengeluarkan suaranya sedikit saja; jika ia ingin mendiamkan gumaman orang dan
mencengkeram perhatian mereka”. James Burgh, missal yang lain, menjelaskan 71
emosi dan cara mengungkapkannya.
Dalam perkembangan, gerakan elokusionis dikritik karena
perhatian –dan kesetiaan- yang
berlebihan pada teknik. Ketika mengikuti kaum elokusionis, pembicara tidak lagi
berbicara dan bergerak secara spontan. Gerakannya menjadi artificial. Walaupun
begitu, kaum elokusionis telah Berjaya dalam melakukan penelitian empiris
sebelum merumuskan “resep-resep” penyampaian pidato. Retorika kini tidak lagi
ilmu berdasarkan semata-mata “otak-atik otak” atau hasil perenungan rasional
saja. Retorika, seperti disiplin yang lain, dirumuskan dari hasil penelitian
empiris.
Pada abad kedua puluh, retorika mengambil manfaat dari
perkembangan ilmu pengetahuan modern –khususnya ilmu-ilmu perilaku seperti
psikologi dan sosiologi. Istilah retorika pun mulai digeser oleh speech, speech
communication, atau oral communication, atau public speaking.tokoh-tokoh
retorika modern, diantaranya : James A
Winans, Charles Henry Woolbert, William Noorwood Brigance, dan Alan H. Moenroe.
Jadi,
perkembangan retorika dari zaman yunani, kuno, romawi, sampai era modern hingga
perkembangan retorika di era globalisasi sekarang, retorika berkaitan yaitu, mencakup
ingatan yang kuat, daya kreasi dan fantasi yang tinggi, teknik pengungkapan
yang tepat atau seni berbicara dengan daya pembuktian serta penilaian yang
tepat. Ber-retorika juga harus dapat dipertanggungjawabkan disertai
pemilihan kata dan nada bicara yang sesuai dengan tujuan, ruang, waktu,
situasi, dan siapa lawan bicara yang dihadapi.
Titik tolak retorika adalah berbicara.
Berbicara berarti mengucapkan kata atau kalimat kepada seseorang atau sekelompok
orang, untuk mencapai suatu tujuan tertentu (misalnya memberikan informasi atau
memberi informasi). Berbicara adalah salah satu kemampuan khusus pada manusia.
Oleh karena itu pembicaraan setua umur bangsa manusia. Bahasa dan pembicaraan
ini muncul, ketika manusia mengucapkan dan menyampaikan pikirannya kepada
manusia lain.
Retorika modern adalah gabungan yang
serasi antara pengetahuan, pikiran , kesenian dan kesanggupan berbicara. Dalam
bahasa percakapan atau bahasa populer, retorika berarti pada tempat yang tepat,
pada waktu yang tepat, atas cara yang lebih efektif, mengucapkan kata – kata
yang tepat, benar dan mengesankan. Ini berarti orang harus dapat berbicara
jelas, singkat dan efektif. jelas supaya mudah dimengerti; singkat untuk
mengefektifkan waktu dan sebagai tanda kepintaran ; dan efektif karena apa
gunanya berbicara kalau tidak membawa efek ? dalam konteks ini sebuah pepatah
cina mengatakan ,”orang yang menembak banyak, belum tentu seorang penembak yang
baik. Orang yang berbicara banyak tidak selalu berarti seorang yang pandai
bicara.”
Keterampilan dan kesanggupan untuk
menguasai seni berbicara ini dapat dicapai dengan mencontoh para rektor atau
tokoh-tokoh yang terkenal dengan mempelajari dan mempergunakan hukum – hukum
retorika dan dengan melakukan latihan yang teratur. Dalam seni berbicara
dituntut juga penguasaan bahan dan pengungkapan yang tepat melalui bahasa.
BAB
II
PENUTUP
2.1
Kesimpulan
Rerotika memiliki sejarah perkembangan yang cukup panjang,
mulai dari zaman Yunani kuno, Romawi, hingga berkembang di era modern. Pada
awalnya retorika yang berkembang di Yunani Kuno dijadikan sebagai alat untuk
membebaskan hak-hak rakyat yang tertindas yang dilakukan oleh beberapa tokoh
yunani seperti Solon (640-560); Peisistratos (600-527) dan Thenustokles
(525-460), dimana pada saat itu tidak ada pengacara dan para tokoh politikus
seperti mereka yang berbicara didepan khalayak atau dikenal dengan pidato.
Namun seiring perkembangan zaman, bangsa Yunani dikuasai bangsa Makedonia dan
Romawi, maka berakhirlah masa kejayaan ilmu retorika Yunani kuno. Retorika
hanya masih merupakan ilmu yang dipelajari di bangku-bangku sekolah.
Di
zaman Romawi setelah mereka menguasai Yunani, terjadilah kontak antara kaum
cendekiawan Romawi dan Yunani. Orang-orang Romawi mempelajari kebudayaan bangsa
Yunani, terutama ilmu kepandaian berbicara yang tengah berkembangdi Yunani.
Oleh karena itu pelajaran tentang ilmu retorika mulai diberikan di
sekolah-sekolah. Seperti berpidato. Seiring perkembangan zaman retorika terus
bermetamorfosis hingga memasuki era modern beberapa tokoh politil dan ilmuan
sangat berperan dalam perkembangannya. Pada akhirnya retorika dikenal dengan
seni berbicara yang dipergunakan dalam proses komunikasi
antar manusia. Kesenian berbicara ini bukan hanya berarti berbicara secara
lancar tampa jalan pikiran yang jelas dan tanpa isi, melainkan suatu kemampuan
untuk berbicara dan berpidato secara singkat, jelas, padat dan mengesankan.
DAFTAR PUSTAKA
Alhikmatu.2013.Pengertian-dan-pentingnya-retorika-seni.
(online) : http://alhikmatu.
blogspot.com/2013/10/pengertian-dan-pentingnya-retorika-seni.html
Asrifridamonika.
2012. Sejarah-perkembangan-retorika-zaman.
(online) : http://asrifridamonika.
blogspot.com/2012/12/sejarah-perkembangan-retorika-zaman_6366.html
Lajurlampiranjurnal.blogspot.com/2013/03/sejarah-singkat-perkembangan-retorika_5849.htm
Safinaturrohmah.wordpress.com/materi-perkuliahan/public-speaking-dan-mc/retorika/sejarah-retorika/


No comments:
Post a Comment