MAKALAH BAHASA INDONESIA
PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA
DISUSUN OLEH :
REDO PARAMITA NIM : 12132011
MAYANG SARI NIM
: 12132012
DOSEN PEMBIMBING : AYU PUSPITA INDAH DARI, MPd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA
INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BINA DARMA PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya
panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas berkat dan limpahan
rahmatnyalah maka saya boleh menyelesaikan sebuah karya tulis dengan tepat
waktu. Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “Pemerolehan
Bahasa pertama”,
Melalui kata pengantar ini penulis
lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada
kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau menyinggu perasaan
pembaca.
Akhir kata semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya, penulis
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu
penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah
kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih
Palembang,
April 2014
(Penulis)
DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................................................... i
Kata Pengantar...................................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................................ iii
Bab I Pemerolehan Bahasa Pertama................................................................................. 1
1.1 Pemerolehan
bahasa pertama..................................................................................... 1
1.1.1 Pemerolehan Bahasa kedua.................................................................................... 2
1.1.2 Pengaruh PB1 dan PB2.......................................................................................... 3
1.1.3 Urutan-urutan Pemerolehan Bahasa....................................................................... 5
1.5. Kesemestaan Linguistik pada PB1...........................................................................
Bab
II Penutup..................................................................................................................... 8
2.1
Kesimpulan................................................................................................................ 8
Daftar
Pustaka..................................................................................................................... 9
BAB I
PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran bab ini, diharapkan mahasiswa dapat
memahami apa itu pemerolehan bahasa pertama dan pemerolehan bahasa kedua,
bagaimana pengaruh pemerolehan bahasa pertama dan bahasa kedua, bagaimana
urutan-urutab pemerolehan berbahasa dan apa kemesaan linguistik terhadap
pemerolehan bahasa pertama (PB1)
1.1 Pemerolehan
Bahasa Pertama
Pemerolehan bahasa atau akuisisi
bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak kanak-kanak ketika dia
memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya
dibedakan dengan pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa berkaitan dengan
proses-proses yang terjadi pada waktu seorang kanak-kanak mempelajari bahasa kedua
setelah dia memperoleh bahasa pertamanya. Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan
dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa
kedua
Pemerolehan
Bahasa Pertama bisa diartikan bagaimana anak memperoleh bahasa ibu tanpa
kesengajaan dan sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Lingkungan tersebut
adalah orang-orang yang ada di sekitarnya dan ragam bahasa yang digunakan oleh
mereka yang sempat tertangkap oleh daya simak seoarang anak. Pada masa
pemerolehan bahasa pertama, anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi daripada
bentuk bahasanya. Pemerolehan bahasa anak-anak dapat dikatakan mempunyai ciri
kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan
satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit. Pemerolehan bahasa pertama erat sekali
kaitannya dengan perkembangan sosial karena Sejak dini bayi telah belajar berinteraksi di dalam lingkungan sosialnya
yaitu keluarga. Pada pemerolehan bahasa
pertama, Sistem pikiran yang terdapat pada anak-anak dibangun sedikit demi
sedikit apabila ada rangsangan dunia sekitarnya sebagai masukan atau input
(yaitu apa yang dilihat anak, didengar, dan yang disentuh yang menggambarkan
benda, peristiwa dan keadaan sekitar anak yang mereka alami). Lama kelamaan pikirannya akan terbentuk dengan
sempurna. Setelah itu sistem bahasanya
lengkap dengan perbendaharaan kata dan tata bahasanya pun terbentuk.
1.2 Pemerolehan
Bahasa Kedua
pemerolehan
bahasa adalah proses manusia mendapatkan kemampuan untuk menangkap,
menghasilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman dan komunikasi. Kapasitas
ini melibatkan berbagai kemampuan seperti sintaksis, fonetik, dan kosakata yang
luas. Bahasa yang diperoleh bisa berupa vokal seperti bahasa lisan atau manual
seperti pada bahasa isyarat. Pemerolehan bahasa biasanya merujuk pada
pemerolehan bahasa pertama yang mengkaji pemerolehan anak terhadap bahasa ibu
mereka dan bukan pemerolehan bahasa kedua yang mengkaji pemerolehan bahasa
tambahan oleh anak-anak atau orang dewasa. Jadi dapat disimpulkan, pemerolehan
bahasa kedua merupakan proses atau tahapan untuk memperoleh dan belajar bahasa
baru setelah menguasai bahasa pertama atau bahasa ibu dengan tujuan tertentu
sehingga dapat menguasai bahasa kedua sebaik bahasa pertamanya.
Stren
(1983 dalam
Akhadiah, S., dkk ,1997:2.2) menyamakan istilah bahasa kedua dengan bahasa
asing. Tetapi bagi kondisi di Indonesia kita perlu membedakan istilah bahasa
kedua dengan bahasa asing. Bagi kondisi di first languange yang berwujud
bahasa daerah tertentu, bahasa kedua second languange yang berwujud
bahasa Indonesia atau bahasa asing (foreign languange). Dalam (Chaer,A.
dan Agustina: 2004) menerangkan bahwa pada umumnya bahasa pertama seorang anak
Indonesia adalah bahasa daerahnya masing-masing karena bahasa Indonesia baru
dipelajari ketika anak masuk sekolah dan ketika ia sudah menguasai bahasa
ibunya.
Cara
pemerolehan bahasa kedua dapat dibagi dua cara, yaitu pemerolehan bahasa kedua
secara terpimpin dan pemerolehan bahasa kedua secara alamiah.
- Pemerolehan bahasa kedua yang diajarkan kepada pelajar dengan menyajikan materi yang sudah dipahami. Materi bergantung pada kriteria yang ditentukan oleh guru. Strategi-strategi yang dipakai oleh seorang guru sesuai dengan apa yang dianggap paling cocok bagi siswanya.
- Pemerolehan bahasa kedua secara alamiah adalah pemerolehan bahasa kedua/asing yang terjadi dalam komunikasi sehari-hari, bebas dari pengajaran atau pimpinan,guru. Tidak ada keseragaman cara. Setiap individu memperoleh bahasa kedua dengan caranya sendiri-sendiri. Interaksi menuntut komunikasi bahasa dan mendorong pemerolehan bahasa. Dua ciri penting dari pemerolehan bahasa kedua secara alamiah atau interaksi spontan ialah terjadi dalam komunikasi sehari-hari, dan bebas dari pimpinan sistematis yang sengaja. Pemerolehan bahasa kedua biasany diperoleh melalui pendidikan akademis karena pada umumnya, yang dimaksud pemerolehan bahasa kedua yaitu lebih dominan pada mempelajari bahasa asing.
1.3 Pengaruh
Pemerolehan Bahasa Pertama pada Pemerolehan Bahasa Kedua
Pemerolehan bahasa pertama anak
adalah bahasa daerah karena bahasa itulah yang diperolehnya pertama kali.
Perolehan bahasa pertama terjadi apabila seorang anak yang semula tanpa bahasa
kini ia memperoleh bahasa (Tarigan dalam Safarina dan Indrawati, 2006:157).
Bahasa daerah merupakan bahasa pertama yang dikenal anak sebagai bahasa
pengantar dalam keluarga atau sering disebut sebagai bahasa ibu (B1
(B1) yang menjadi modal awal bagi seoarang anak untuk
menyongsong kehadiran pemerolehan bahasa kedua (B2). Perolehan bahasa kedua (B2
(bahasa Indonesia)) merupakan sebuah kebutuhan bagi anak ketika sedang
mengikuti pendidikan di lembaga formal. Pada lembaga formal guru mempunyai
pengaruh yang sangat siknifikan sebagai pendidik sekaligus pengajar di sekolah.
Guru dengan konsep dapat digugu dan ditiru oleh anak akan menjadi figure sosok
seseorang pengganti orangtua yan, oleh karena itu sosok seorang guru dalam
kehadirannya di sekolah sebagai rumah kedua bagi anak mempunyai peranan penting
dalam memberikan tuturan bahasa sebagai contoh bahasa kedua (B2). Penyesuaian
antara bahasa ibu (B1) dengan bahasa kedua (B2 (bahasa Indonesia) yang
dituturkan oleh guru membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, pada
kelas rendah (kelas 1—3 SD) masih menggunakan bahasa ibu sebagai bahasa
pengantar pendidikan. Pada Kelas lanjutan (4—6 SD dan seterusnya) guru akan
menggunakan bahasa Indonesia sebagai penyampai ilmu pengetahuan dan teknologi
yang baru oleh anak.
Peranan Guru (kelas bawah) dan orang
tua dalam berbahasa ditunjang oleh faktor lingkungan sangat memberikan dampak
yang sangat besar dalam proses pemerolehan bahasa pertama (B1). Pemberian figur
berbahasa yang baik oleh orang tua yang baik diperkuat dengan guru sebagai
contoh berbahasa yang baik dan benar di sekolah, maka anak akan mempunyai bekal
dalam mempelajari pemerolehan bahasa kedua (B2) yaitu bahasa Indonesia yang
baik dan benar.
Pengaruh bahasa pertama terhadap bahasa kedua pasti sangat
di rasakan hal ini dikarenakan adanya perbedaan :
1. Bahasa pertama
mempunyai pengaruh positif yang sangat besar terhadap bahasa kedua sebesar 4 –
12 % dari kesalahan-kesalahan dalam tata bahasa yang dibuat oleh anak-anak
berasal dari bahasa pertama, sebesar 8 – 23 % merupakan kesalahan-kesalahan
yang dibuat oleh orang dewasa. Mayoritas kesalahan-kesalahan tersebut lebih
banyak dalam susunan
2. kata daripada
dalam morfologi. Bidang yang sangat kuat dipengaruhi oleh bahasa pertama adalah
pengucapan. Anak-anak memproses sistem bunyi baru melalui pola-pola fonologis
bahasa pertama pada tahap-tahap awal pemerolehan bahasa kedua, tetapi secara
berangsur-angsur mereka bersandar pada sistem bahasa kedua dan aksen atau
tekanan (logat) mereka pun menghilang.
3. Pengaruh bahasa
pertama kian bertambah pada bahasa kedua jika pelajar diharapkan menghasilkan
bahasa kedua sebelum dia mempunyai penguasaan yang cukup memadai terhadap
bahasa barunya. Pelajar akan bergantung pada struktur-struktur bahasa pertama,
baik dalam upaya komunikasi maupun terjemahan. Pengaruh bahasa pertama juga
merupakan fakta dalam interaksi yang terjadi antara bahasawan bahasa pertama
dan bahasa kedua.
4. Satu-satunya
sumber utama kesalahan-kesalahan sintaksis dalam penghasilan bahasa kedua orang
dewasa adalah bahasa pertama si pelaku. Ada pandangan yang menyatakan bahwa
kesalahan bukan bersumber pada struktur bahasa pertama, melainkan pada latar
belakang linguistik yang berbeda-beda dari bahasa kedua (B2) pelajar.
5. Pengaruh bahasa
pertama terlihat paling kuat dalam susunan kata kompleks dan dalam terjemahan
frase-frase, kata demi kata. Pengaruh bahasa pertama lebih lemah dalam morfem
terikat. Pengaruh bahasa pertama paling kuat atau besar dalam lingkungan-lingkungan
pemerolehan yang rendah.
6. Pengaruh bahasa
pertama bukanlah merupakan hambatan atau rintangan proaktif, melainkan akibat
dari penyajian yang justru diperbolehkan menyajikan sesuatu sebelum dia
mempelajari perilaku baru itu. Pengobatan atau penyembuhan bagi interferensi
hanyalah penyembuhan bagi ketidaktahuan belajar. Bahasa pertama dapat merupakan
pengganti bahasa kedua yang telah diperoleh sebagai suatu inisiator atau
pemrakarsa ucapan apabila pelajar bahasa kedua harus menghasilkannya dalam
bahasa sasaran, tetapi tidak cukup kemampuan bahasa kedua yang telah
diperolehnya.
7. Pengaruh bahasa pertama merupakan petunjuk
bagi pemerolehan yang rendah. Anak-anak mungkin membangun atau membentuk
kompetensi yang diperoleh melalui masukan. Kurangnya desakan penghasilan ujaran
lisan akan menguntungkan bagi anak-anak dan orang dewasa menelaah bahasa kedua
dalam latar-latar formal.
8. Pengaruh bahasa
pertama dapat dianggap sebagai sesuatu yang tidak alamiah. Seseorang dapat saja
menghasilkan kalimat-kalimat dalam bahasa kedua tanpa suatu pemerolehan. Jika
bahasa kedua berbeda dengan bahasa pertama, model monitor dapat dipakai dengan
menambahkan beberapa morfologi dan melakukannya dengan sebaik-baiknya untuk
memperbaiki susunan kata. Pemerolehan bahasa mungkin pelan-pelan, tetapi dalam
jangka panjang akan lebih bermanfaat kalau bahasa dipergunakan untuk maksud dan
tujuan komunikasi.
1.4
Urutan-Urutan Pemerolehan bahasa
Urutan perkembangan pemerolehan
bahasa dapat dijabarkan sebagai berikut:
a.
Perkembangan Prasekolah
Dibagi lagi atas:
1. Perkembangan Pralinguistik
Ada kecenderungan untuk menganggap
bahwa perkembangan bahasa anak-anak mulai tatkala dia mengatakan
kata-pertamanya, yang menjadi tugas para ibu untuk mencatatnya/merekamnya pada
buku bayi anak tersebut. Tetapi riset bayi medorong bahkan memaknai kita untuk
menolak dugaan ini danmengakui fakta-fakta perkembangan komunikasi sejak
lahir.Dua jenis fakta yang dikutip oleh para peneliti untuk menunjang teori
pembawaan lahir mereka adalah:
(i) kehadiran pada waktu lahir
struktur-struktur yang diadaptasi dengan baik bagi bahasa ( walaupun pada permulaan tidak
dipakai buat bahasa); dan
(ii) kehadiran perilaku-perilaku
sosial umum dan juga kemampuan-kemampuan khusus bahasa pada beberapa bulan pertama kehidupan.
2. Tahap Satu Kata
Merupakan suatu dugaan umum bahwa
sang anak pada satu kata terus menerus berupaya mengumpulkan nama-nama benda dan
orang di dunia. Misalnya menemukan
kata-kata tindak (seperti ; pergi, datang, makan, minum, duduk, tidur), ekspresi-ekspresi
sosial (seperti: hei, helo), kata-kata lokasional (di sini, di atas, di sana),
dan kata-kata pemerian (seperti: panas, dingin, besar, kecil).
Apabila
sang anak telah mengembangkan sejumlah kata dan cara menggunakan untuk
mengekspresikan berbagai makna, dia cendreung memilih/lebih dalam situasi
tertentu kata yang paling informative. Yang paling menarik dan mengesankan lagi
ialah ketika sang anak pada tahap ini mampu mengekspresikan begitu banyak
kata-kata yang begitu sedikit.
3. Ujaran Kombinatori Permulaan
Perkembangan
bahasa permulaan tiga orang anak dalam jangka waktu beberapa tahun yang
hasilnya bahwa panjang ucapan anak kecil merupakan petunjuk atau indicator
perkembangan bahasa yang lebih baik daripada usia kronologis. (Brown (et all),
1973).
4. Perkembangan Interogatif
4. Perkembangan Interogatif
Ada tiga
tipe struktur interogatif yang utama untuk mengemukakan pertanyaan, yaitu:
• pertanyaan menuntut jawaban YA atau TIDAK
• pertanyaan menuntut jawaban YA atau TIDAK
• pertanyaan
menuntut INFORMASI
• pertanyaan menuntut jawaban SALAH SATU DARI
YANG BERLAWANAN (atau “POLAR”).
5. Perkembangan Penggabungan Kalimat
5. Perkembangan Penggabungan Kalimat
Berikut
beberapa contoh bagaimana cara menggabungkan proposisi-proposisi itu:
• Penggabungan dua proposisi atau klausa yang berstatus setara:
• Penggabungan dua proposisi atau klausa yang berstatus setara:
Ini buku dan Ninon membacanya.
• Penggabungan
satu proposisi merupakan yang lebih unggul daripada yang satu lagi
(yang menerangkan suatu nomina dalam
proposisi itu) :
(benda)
yang Ninon baca itu adalah buku.
• Penggabungan
dua proposisi yang berstatus dalam kaitan waktu:
Waktu Ninon membaca buku itu, ada halaman
yang sobek.
• Penggabungan
dua proposisi yang berstatus tidak sama dalam hubungan sebab-akibat:
Ninon melem halaman buku itu karena sobek.
• Satu
proposisi mengisi “kekosongan” yang lainnya:
Kamu
mengetahui bahwa Ninon membaca buku sejarah. (Dari : Kami mengetahui
“sesuatu”).
6. Perkembangan Sistem Bunyi
6. Perkembangan Sistem Bunyi
Keterampilan
berucap atau mengucapkan kata-kata menjadi semakin terkontrol dan diperbaiki
dengan pemakaian dalam praktik. Perkembangan komponen ini memang lebih bersifat
fisik, dan seperti halnya dalam perkembangan kemampuan-kemampuan fisik lainnya,
praktik dan pelatihan sungguh membantu membawa keterampilan itu dibawah
pengawasan
b.
Perkembangan Masa Sekolah
Perkembangan
bahasa pada masa-masa sekolah terutama sekali dapat dibedakan dengan jelas
dalam tiga bidang, yaitu:
· Struktur Bahasa, perluasan dan
penghalusan terus-menerus mengeani semantik dan sintaksis (dan taraf yang lebih kecil, fonologi)
· Pemakaian Bahasa, peningkatan
kemampuan menggunakan bahasa secara lebih efektif melayani aneka fungsi dala situasi-situasi komunikasi yang beraneka
ragam.
· Kesadaran Metalinguistik, pertumbuhan kemampuan untuk memikirkan,
mempertimbangkan, dan berbicara mengenai bahasa sebagai sandi atau kode formal.
1. Struktur Bahasa
1. Struktur Bahasa
Pertumbuhan semantik sang anak
berlangsung terus-menerus karena pengalamannya bersambung dan meluas, yang
tentu saja mengandung pengertian bahwa sekolah mempunyai peranan yang sangat
penting. Pengalaman-pengalaman baru menuntut pertumbuhan dalam system semantik
sang anak.
2. Pemakaian Bahasa
Clark & Clark (1977) mengatakan
bahwa: “anak-anak membangun struktur dan fungsi pada waktu yang bersamaan. Sebaik
mereka belajar lebih banyak struktur, maka mereka memperoleh lebih banyak
sarana untuk menyampaikan fungsi yang berbeda-beda. Dan sebaiknya mereka
mempelajari banyak fungsi, maka mereka memperluas pemakaian tempat berbagai
struktur diterapkan.”
3. Kesadaran Metalinguistik
Ialah kemampuan membuat bentuk-bentuk
bahasa menjadi tak tembus cahaya dan menyelesaikan diri di dalam dan untuk diri
mereka sendiri” (Cazden, 1974).
1.4 Kesemestaan
Linguistik pada Pemerolehan bahasa Pertama
Hubungan
antara Tata Bahasa Universal dengan PBI sesunggunya merupakan sesuatu yang
penting, seperti pembenaran utama Chomsky bagi TBU bahwa dia menetapkan
satu-satunya cara mempertimbangkan bagimana anak-anak mampu mempelajari bahasa
ibu mereka. Maka dengan demikian, TBU merupakan cara penyelesaian terhadap apa
yang disebut masalah logis “pemerolehan bahasa”.
Kemampuan
berbahasa sebagai suatu organ mental yang sejalan dengan organ-organ lainnya
yang bertanggung jawab, bahasa tidak begitu banyak berkembang seperti banyaknya tumbuh. Setiap
tata bahasa sementara yang dibangun oleh sang anak merupakan suatu tata bahasa
yang optimal, dalam pengertian, bahwa itu merupakan tata bahasa terbaik yang
dapat dibangun dari data yang dapat dirasakannya.
BAB
II
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa proses pemerolehan bahasa kedua merupakan bahasa yang diperoleh anak
setelah mereka memperoleh bahasa lain. Akan tetapi, jika penguasaannya belum
sempurna, bahasa yang diperoleh anak tersebut maka disebut dengan bahasa
pertama, dan bahasa kedua dapat pula memegang peran yang kurang kuat dibandingkan
dengan bahasa pertama sebab tanpa kita mempunyai bahasa pertama tidak mungkin
kita mengetahui bahasa kedua tersebut.
Jadi, Perkembangan pemerolehan bahasa
ditentukan dari seorang ibu kepada anak dengan menggunakan sejumlah konsep dan
kemampuan ekspresi linguistik. Dalam urutan perkembangan pemerolehan bahasa
seorang anak akan menjelajahi perkembangan masa prasekolah, yang dari setiap
anak akan melalui tahap perkembangan pralinguistik saat anak baru dapat berkata
dengan menggunakan satu atau dua kata yang baru ia kenal. Ketika anak mulai dapat
membentuk suatu bahasa yang baik, maka ia akan berkata dengan mengucapkan
kata-kata permulaan kepada orang disekitarnya.
Ketika anak melalui proses perkembangan
ujaran kombinatori maka anak akan dapat menyusun kata-kata hingga menjadi
kalimat. Anak mulai dapat bertanya dengan adanya penggabungan kalimat hingga
menjadi perkembangan dalam sistem bunyi bahasa. Anak akan mengalami
perkembangan setiap fase umurnya. Ketika anak mulai masuk ke dalam perkembangan
masa sekolah, anak akan membentuk struktur bahasa dan anak pun akan terbiasa
menggunakan atau memakai bahasa yang baik untuk ia gunakan dalam
berbicara.
DAFTAR PUSTAKA
http://larasluphpink.blogspot.com/2012/12/semantik_19.html

No comments:
Post a Comment