Makalah analisis kesalahan berbahsa (1)

MAKALAH BAHASA INDONESIA
TEORI ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA


DISUSUN OLEH :
REDO PARAMITA  NIM : 12132011
   MAYANG SARI       NIM : 12132012          

DOSEN PEMBIMBING  : AYU PUSPITA INDAH DARI, MPd


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BINA DARMA PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2014/2015

KATA PENGANTAR


Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka saya boleh menyelesaikan sebuah karya tulis dengan tepat waktu. Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “Teori analisis kesalahan berbahasa”,

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau menyinggu perasaan pembaca.

Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih

                                                                                                Palembang, Mei 2014


                                                                                                            (Penulis)


BAB I
TEORI ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
A. Tujuan Pembelajaran

Setelah pembelajaran bab ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami apa itu Teori analisis kesalahan berbahasa, orientasi kesalahan berbahasa, pengertian kesalahan berbahasa, perbedaan natara kekeliruan dan kealahan berbahasa,dan tujuan dari analisis kesalahan berbahasa
1.1 Teori Analisis Kesalahan Berbahasa
            Kesalahan berbahasa dianggap sebagai bagian dari proses belajar mengajar. Artinya, kesalahan bahasa merupakan bagian yang integral dari pengajaran bahasa, baik pengajaran bahasa yang bersifat formal maupun informal.  Keterkaitan antara kesalahan berbahasa dan pengajaran bahasa, menurut Tarigan dan Lilis (1997), “Ibarat ikan dan air. Sebagaimana ikan hanya dapat hidup dalam air, maka begitu juga kesalahan berbahasa sering terjadi dalam pengajaran bahasa.”
Kesalahan berbahasa dapat ditemui pada pengajaran bahasa pertama maupun pengajaran bahasa kedua. Ada dua pandangan yang bertolak belakang mengenai kesalahan berbahasa. Yakni pandangan dari sudut guru dan pandangn dari sudut siswa . Dari sudut guru, kesalahan itu adalah suatu aib atau cacat cela bagi pengajaran bahasa. Kesalahan berbahasa yang dibuat oleh siswa itu menandakan bahwa pengajaran bahasa tidak berhasil atau gagal. Karena itu kesalahan berbahasa itu harus dihindari agar pengajaran bahasa berhasil. Sementara dari sudut pandang siswa kesalahan berbahasa merupakan bagian integral dari proses belajar bahasa. Kesalahan itu tentunya dapat diperkecil atau bahkan dihilangkan dengan menata lebih sempurna komponen proses belajar-mengajar bahasa.
Dalam konteks kehidupan sehari-hari, banyak sekali kita temuai kesalahan berbahasa yang digunakan dalam interaksi lisan maupun tertulis. Oleh karena itu, hal ini sangat menarik perhatian para linguistik untuk menganalisis kesalahan berbahasa yang digunakan. Menururt Tarigan,. Analisis Kesalahan Berbahasa merupakan proses yang memiliki prosedur sebagai pedoman kerja. Prosedur ini terdiri dari beberapa tahap yaitu:
1.   mengumpulkan data: berupa kesalahan berbahasa yang dibuat oleh siswa, misalnya karangan, kertas ujian, ujaran, dan sebagainya;
2.   mengidentifikasi dan mengklasifikasi kesalahan: mengenali dan memilah-milah kesalahan berdasarkan kategori kebahasaan misalnya: kesalahan-kesalahan pelafalan, pembentukan kata, penggabungan kata, penyusunan kalimat;
3.  memperingkat kesalahan: mengurutkan kesalahan berdasar frekuensi atau keseringannya;
4.  menjelaskan kesalahan: menggambarkan letak kesalahan, penyebab kesalahan, dan
     memberikan contoh yang benar;
5.  memprakirakan atau memprediksi daerah atau butir kesalahan yang rawan meramalkan tataran bahasa yang dipelajari yang potensial mendatangkan kesalahan.
6.  mengoreksi kesalahan: memperbaiki dan bila dapat menghilangkan kesalahan melalui penyusunan bahan yang tepat, buku pegangan yang baik, dan teknik pengajaran yang tepat pula.
Data utama yang dipakai dalam analisis kesalahan berbahasa adalah wacana yang dibuat oleh pembelajar, baik secara lisan maupun tertulis. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik mengambil data mempengaruhi hasilnya baik jenis kesalahan  yang ditemukan maupun urutan unsur-unsur bahasa yang menjadi titik perhatian analisis. Oleh karena itu, dalam memilih jenis data untuk dianalisis kita perlu mempertimbangkan kemungkinan kemungkinan hasil yang akan diperoleh.

1.1.1             Orientasi Analisis Kesalahan Berbahasa
Salah satu hambatan dalam proses komunikasi adalah kurangnya keterampilan berbahasa. Wujud kurangnya keterampilan berbahasa itu antara lain disebabkan oleh kesalahan-kesalahan berbahasa. Kesalahan-kesalahan berbahasa ini menyebabkan gangguan terhadap peristiwa komunikasi, kecuali dalam hal pemakaian bahasa secara khusus seperti dalam lawak, jenis iklan tertentu, serta dalam puisi. Dalam pemakaian bahasa secara khusus itu, kadang-kadang kesalahan berbahasa sengaja dibuat atau disadari oleh penutur untuk mencapa efek tertentu sepeti lucu, menarik perhatian dan mendorong berpikir lebih intens.
Orientasi Analisis Kesalahan Berbahasa dilihat dari segi lingustik, dikaitkan pada empat hal yaitu, Fonologi, morfologi, semantik, dan leksikal.

a.  Kesalahan Fonologi
1)    Kesalahan Ucapan adalah kesalahan mengucapkan kata sehingga menyimpang   dari ucapan baku atau bahkan menimbulkan perbedaan makna.
              Contoh  :              a)        enam                     - anam, anem
                             b)        saudara                 - sudara, sodara
 2)   Kesalahan Ejaan adalah kesalahan menuliskan kata atau kesalahan dalam  menggunakan tanda baca.
                   Contoh :                         Tuhan Yang Mahakuasa         -  Tuhan Yang Maha Kuasa
b.   Kesalahan Morfologi
     Kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi sebagian besar berkaitan dengan bahasa tulis. Kesalahan berbahasa bidang morfologi dapat dikelompokkan menjadi kelompok afiksasi, reduplikasi, dan gabungan kata atau kata majemuk.
  1)        Kesalahan Berbahasa pada Afiksasi
a)    kesalahan berbahasa karena salah menentukan bentuk asal. Misalnya bentuk gramatik himbau, lola, lanjur, lunjur dianggap sebagai bentuk asal. Padahal bentuk asal yang benar adalah imbau, kelola, anjur, unjur.
b)  fonem yang seharusnya luluh dalam proses afiksasi tidak diluluhkan. Misalnya fonem /t/ dalam kata terjemah dan tumisseharusnya luluh apabila kedua kata itu bergabung dengan morfem meN-. Dalam kenyataannya penggunaan bahasa kedua fonem itu tidak diluluhkan sehingga terbentuk kata kompleks menterjemahkan dan mentumis. Hasil pengafiksasian seharusnya menerjemahkan dan menumis.



2)        Kesalahan Berbahasa pada Reduplikasi
a)    Pertama, kesalahan berbahasa disebabkan kesalahan dalam menentukan bentuk dasar yang diulang. Misalnya bentuk gramatik mengemasi diulang menjadi mengemas-kemasi yang seharusnya mengemas-ngemasi.


3)        Kesalahan Berbahasa pada Gabungan Kata atau Kata Majemuk,
     a)    Gabungan kata yang seharusnya serangkai dituliskan tidak serangkai. seperti anti, antar, ekstra, infra, inter, baku, supra dan lain-lain, seharusnya ditulis, antikarat, antaruniversitas, ekstrakulikuler, infrastruktur, internasional, bakuhantam, suprasegmental, dan sebagainya.
c.          Kesalahan Sintaksis
Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan struktur frase, klausa, atau kalimat. Analisis kesalahan dalam bidang sintaksis ini menyangkut urutan kata, kepaduan susunan frase, kepaduan kalimat, dan logika kalimat.
               1.        Kesalahan pada Bidang Frase
Kesalahan berbahasa yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya segi frasa, antara lain sebagai berikut:
a)    Pengunaan kata depan tidak tepat.
Contoh:                                        seharusnya
A.  di masa itu                               - pada masa itu
B.  di waktu itu                             - pada waktu itu
b)   Penyusunan frasa yang salah struktur.
Contoh:                            seharusnya
A.  belajar sudah               - sudah belajar
B.  habis sudah                              - sudah hab
3.        Kesalahan bidang Kalimat
Kesalahan yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya dari segi kalimat antara lain sebagai berikut:
a)    Penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa daerah. Berbahasa Indonesia dalam situasi resmi kadang-kadang tanpa disadari menerapkan struktur bahasa daerah. Seperti Amin pergi ke rumahnya Rudi. Kalimat tersebut terpengaruh struktur bahasa daerah. Oleh karena itu, kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi: Amin pergi ke rumah Rudi.
d.         Kesalahan Leksikon
Leksikon adalah kosakata. Istilah leksikon ini lazim digunakan dalam bidang semantik. Semantik adalah bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna atau struktur makna. Sehubungan dengan analisis kesalahan berbahasa yang berkaitan dengan bidang semantik, Tarigan mengemukakan kesalahan berbahasa yang mungkin terjadi di bidang semantik adalah seperti berikut:
              1)   Adanya Penerapan Gejala Hiperkorek.
Gejala hiperkorek adalah suatu bentuk yang sudah betul lalu dibetul-betulkan lagi dan akhirnya menjadi salah. Misalnya, Syaratdijadikan sarat ’ atau sebaliknya, padahal kedua kata itu masing-masing mempunyai arti yang berbeda. Syarat ‘ketentuan/aturan’sarat ‘penuh’.
Contoh dalam kalimat:
a)    Kita harus mengikuti syarat itu.
b)   Perahu itu sarat muatan.
Syah dijadikan sah atau sebaliknya, padahal kedua kata tersebut masing-masing mempunyai makna yang berbeda. Syah‘raja’ sedangkan sah ’sesuai dengan aturan’. Jadi, tidak dapat dipertukarkan penggunaannya.
Contoh dalam kalimat:
a)    Tahun depan dia akan dinobatkan sebagai Syah di negeri seberang.
b)   Dia belum sah sebagai mahasiswa S1 di universitas itu.
2)   Gejala Pleonasme
     gejalan pleonasme adalah suatu penggunaan unsur-unsur bahasa secara berlebihan.
     Contoh:
a)    Lukisanmu sangat indah sekali. Seharusnya:Lukisanmu sangat indah atau indah sekali.
b)   Dia bekerja demi untuk keluarganya. Seharusnya: Dia bekerja demi keluarganya, atau untuk keluarganya.

1.1.2  Pengertian Kesalahan Berbahasa
              Dalam bukunya yang berjudul “Common Error in Language Learning” H.V. George mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan (unwanted form) khususnya suatu bentuk tuturan yang tidak diinginkan oleh penyusun program dan guru pengajaran bahasa. Bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan adalah bentuk-bentuk tuturan yang menyimpang dari kaidah bahasa baku. Hal ini sesuai dengan pendapat Albert Valdman yang mengatakan bahwa yang pertama-tama harus dipikirkan sebelum mengadakan pembahasan tentang berbagai pendekatan dan analisis kesalahan berbahasa adalah menetapkan standar penyimpangan atau kesalahan. Sebagian besar guru bahasa Indonesia menggunakan kriteria ragam bahasa baku sebagai standar penyimpangan.
              Pengertian kesalahan berbahasa dibahas juga oleh S. Piet Corder dalam bukunya yang berjudul Introducing Applied Linguistics. Dikemukakan oleh Corder bahwa yang dimaksud dengan kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode berbahasa. Pelanggaran ini bukan hanya bersifat fisik, melainkan juga merupakan tanda kurang sempurnanya pengetahuan dan penguasaan terhadap kode. Si pembelajar bahasa belum menginternalisasikan kaidah bahasa (kedua) yang dipelajarinya. Dikatakan oleh Corder bahwa baik penutur asli maupun bukan penutur asli sama-sama mempunyai kemugkinan berbuat kesalahan berbahasa. Berdasarkan berbagai pendapat tentang pengertian kesalahan berbahasa yang telah disebutkan di atas, dapatlah dikemukakan bahwa kesalahan berbahasa Indonesia adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Adapun sistem kaidah bahasa Indonesia yang digunakan sebagai standar acuan atau kriteria untuk menentukan suatu bentuk tuturan salah atau tidak adalah sistem kaidah bahasa baku. Kodifikasi kaidah bahasa baku dapat kita lihat dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. 

       1.1.3  Perbedaan antara Kesalahan dan Kekeliruan Berbahasa
Kesalahan berbahasa tidak sama dengan kekeliruan berbahasa. Keduanya memang merupakan pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang menyimpang. Kesalahan berbahasa terjadi secara sistematis kerena belum dikuasainya sistem kaidah bahasa yang bersangkutan. Kekeliruan berbahasa tidak terjadi secara sistematis, bukan terjadi karena belum dikuasainya sistem kaidah bahasa yang bersangkutan, melainkan karena kegagalan merealisasikan sistem kaidah bahasa yang sebenarnya sudah dikuasai.
Kekeliruan pada umumnya disebabkan oleh faktor performansi. Keterbatasan dalam mengingat sesuatu atau kelupaan menyebabkan kekeliruan dalam melaflakan bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata, atau kalimat, dsb. Kekeliruan ini bersifat acak, artinya dapat terjadi pada berbaga tataran linguistik. Kekeliruan biasanya dapat diperbaiki sendiri oleh siswa bila yang bersangkutan, lebih mawas diri, lebih sadar atau memusatkan perhatian. Siswa sebenarnya telah mengetahui sistem linguistik bahasa yang digunakan, tetapi karena suatu hal dia lupa akan sistem tersebut. Kelupaan itu biasanya tidak lama.
Sebaliknya, kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi, artinya siswa memang belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannya. Kesalahan biasanya terjadi secara  konsisten dan sistematis. Kesalahan itu dapat berlangsung lama apabila tidak diperbaiki. Perbaikan biasanya dilakukan oleh guru, misalnya melalui remedial, latihan, praktik, dsb. Sering dikatakan bahwa kesalahan merupakan gambaran terhadap pemahaman siswa akan sistem bahasa yang sedang dipelajari olehnya. Bila tahap pemahaman siswa tentang sistem bahasa yang sedang dipelajari olehnya ternyata kurang, kesalahan berbahasa tentu sering terjadi. Namun, kesalahan berbahasa akan berkurang apabila tahap pemahaman semakin meningkat. Perhatikan tabel berikut ini!
KATEGORI
Sudut pandang
KESALAHAN
Berbahasa
Kekeliruan
Berbahasa
1.      Sumber
KompetensiSistematis
PerformansiTidak Sistematis
2.      Sifat
Agak Lama
Sementara
3.      Durasi
Agak Lama
Sementara
4.      Sistem Linguistik
Belum Dikuasai
Sudah Dikuasai
5.      Hasil
Penyimpangan
Penyimpangan
6. Perbaikan
Dibantu oleh guru: latihan, pengajaran remedial
Siswa Sendiri
Pemusatan Perhatian

    

 1.1.4  Tujuan Analisis Kesalahan Berbahasa
     Analisis kesalahan merupakan usaha membahas kebutuhan-kebutuhan praktis guru kelas. Secara tradisional, analisis kesalalahan bertujuan menganalisis kesalahan-kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh pembelajar bahasa kedua. Hasil analisis ini diharapkan dapat membantu guru dalam hal menentukan urutan bahan pengajaran, memutuskan pemberian penekanan, penjelasan dan praktik yang diperlukan, memberikan remidi dan latihan-latihan, dan memilih butir-butir bahasa kedua untuk keperluan tes profisiensi pembelajar (Sudiana, 1990:103).
Adapun tujuan anakes adalah sebagai media pembenaran terhadap kesalahan-kesalahan berbahasa sehingga siswa maupun mahasiswi dalammenulis maupun berujar tidakmemiliki kesalahan dan mengalami tataran perbaikan. Disamping itu anakes juga ditujukan untukpengembangan bahasa yang benar dengan membutuhkan kesalahan-kesalahan yang umum terjadi. Khussusnya dalamtataran bahasa indonesia,penggunaan bahasa indonesia dapat menggunakan tataran bahasa indonesia baku dan EYD (ejaan yang disempurnakan)




BAB II
PENUTUP


KESIMPULAN
Makalah ini berisikan tentang teori-teori kesalahan berbahasa, sehingga dapat disimpulkan kesalahan berbahasa merupakan salah satu bentuk penyimpangan berbahsa yang tidak disesuaikan dengan kaidah bahsa maupun tata aturan bahasa, mulai dari fonologi berupa bunyi atau ujaran, morfologi dari segi penulisan dan makna misalnya pada afiksasi yaitu imbuhan, sintaksis,dan semantik.
Adapun dalam menganalisis kesalahan berbhasa juga dapat diperoleh berupa kesalahan dari segi pengajaran seorang guru atau ujaran sehari-hari atau dalambentuk kekeliruan. Analisis kesalahan berbahasa juga memiliki tujuan tertentu yaitu, sebagai media pembenaran terhadap kesalahan-kesalahan berbahasa sehingga siswa maupun mahasiswi dalammenulis maupun berujar tidakmemiliki kesalahan dan mengalami tataran perbaikan. Disamping itu anakes juga ditujukan untukpengembangan bahasa yang benar dengan membutuhkan kesalahan-kesalahan yang umum terjadi. Khussusnya dalamtataran bahasa indonesia,penggunaan bahasa indonesia dapat menggunakan tataran bahasa indonesia baku dan EYD (ejaan yang disempurnakan)

DAFTAR PUSTAKA


http://ramaberbagi.blogspot.com/2012/03/contoh-analisis-kesalahan-berbahasa.html

1 comment:

  1. Artikel Inspirasi

    ------------------------------------------------------
    ------------------------------------------------------

    Kamus Komputer:
    Computer Dictionary - கனினி அகரமுதலி
    in English – Indonesian – தமிலு (Thamizhu)
    Part-A, B & C.

    (1) https://vetrichezhian9.wordpress.com/கனினி-அகரமுதலி-பாகம்-A-computer-dictionary-part-A/
    (2) https://vetrichezhian9.wordpress.com/கனினி-அகரமுதலி-பாகம்-B-computer-dictionary-part-B/
    (3) https://vetrichezhian9.wordpress.com/கனினி-அகரமுதலி-பாகம்-C-computer-dictionary-part-C/

    ------------------------------------------------------

    Blog Bayi:
    Baby’s Blogs - பாப்பா வலைப்பதிவு
    in English – Indonesian – தமிலு (Thamizhu)

    (1) https://vetrichezhian9.wordpress.com/செய்திமடல்-பாகம்-25-newsletter-part-25/
    (2) https://vetrichezhian9.wordpress.com/செய்திமடல்-பாகம்-26-newsletter-part-26/

    ------------------------------------------------------
    ------------------------------------------------------

    ReplyDelete

Post